Read more...
Ketika kami tiba di apartemen, kami tidak bisa menemui pemilik apartemen karena blio sedang berbelanja. Namun demikian, kami menemui seorang ibu tua yang sedang sibuk mengurus kebon yang lumayan besar. Blio ini adalah ibu dari pemilik apartemen. Blio memberikan kunci dan mempersilahkan kami masuk. Kebetulan kamar kami letaknya paling atas (lantai 3). Tidak ada lift, jadi kami mengangkat semua barang kami melewati tangga. Lumayan...sekalian olah raga. he..he..he..
Read more... Seperti biasa, tiap akhir tahun isengku kumat mencari bantingan harga. Akhirnya setelah ceklak-ceklik berbagai sites, jatuhlah pilihan ke Black Forest. Memang sudah lama kami ingin ke sana, jadi ketika aku menemukan sebuah apartemen bagus dengan harga relatif murah meriah dan disertai review yang baik, langsung aku ngomong ke penyandang dana (baca: Leo). Sudah bisa diramalkan kalau Leo akan setuju karena memang dari dulu dia pengin ke sana. Akhirnya kami book apartemen Haus Hilda Fectig dari booking.com untuk tanggal 2 sd 9 Juni 2014. Tarif 280 Euro untuk 8 hari 7 malam. Tarif ini sudah bersih karena sudah termasuk semua tax dan final cleaning. Memang letak apartemen ini in the middle of nowhere, tapi ngga masalah karena kami bawa mobil ke sana, jadi transportasi bukan menjadi rintangan. Satu hal lagi yang yang menyenangkan adalah letak apartemen ini tidak jauh dari Swiss border. Jadi bisa sekalian ke Swiss. Horeeee... Di bawah ini adalah Haus Hilda Fectig yang aku potret. Di balkon belakang penuh bunga tapi tidak terlihat pada potret ini: Setelah menunggu setengah tahun, akhirnya hari H datang juga. Black Forest.....here we come..... Jam 06:07 kami berangkat dari rumah. Cuaca cerah membuat kami makin bersemangat untuk melakukan petualangan. Jam segitu sudah terang. Inilah enaknya bepergian pada bulan Juni karena daylight nya sangat panjang. Jam 5:30 pagi sudah sunrise dan maghrib jam 10 malam lebih, dengan begitu bisa nglayap lama. he..he..he.. Kebetulan jalan tidak macet, jadi setengah jam kemudian kami sudah tiba di Rotterdam: Dari Rotterdam kami meneruskan perjalanan melalui Breda, Tillburg, Eindhoven dan Venlo. Inilah jalan yang kami lalui: Kami masuk perbatasan Belanda - Jerman sekitar pukul 9 pagi. Kami berbelok ke sebuah area parkit untuk sekedar beristirahat meluruskan kaki. Kami masuk ke area sebuah parkir. Di situ ada pompa bensin, resto dan tentu saja toilet. Di bawah ini adalah tempat kami mampir: Yang kami lakukan pertama kali adalah masuk ke toilet. Untuk masuk ke toilet, kita harus memasukkan coin sebesar 70 cents ke sebuah slot dan memperoleh sebuah voucher sebesar 50 cents. Dulu aku pernah ngomel-ngomel karena ke wc saja kok 70 cents, mahal sekali. Di Belanda bayar 50 cents aku sudah ngomel, apalagi 70 cents. he..he..he.. Padahal di Cologne aku pernah bayar 1 Euro untuk masuk toilet umum, jadi 70 cents sebetulnya lebih murah ya. he..he..he.. Ternyata Leo bilang kalau voucher tersebut bisa dibelanjakan ke resto di situ. Weleh...weleh...baru tahu.... Setelah dari toilet, aku membeli segelas teh panas di resto dengan menggunakan kupon yang kami peroleh dua tahun yang lalu. Harga 2,5 Euro per gelas. Sebenernya kalau dipikir mahal juga ya kalau mengingat harga bahan dasarnya sangat murah. Tapi daripada membuang voucher (yang berarti membuang uang), jadi lebih baik dibelanjakan. Sebenernya ini strategi pemasaran, orang menjadi "dipaksa" untuk belanja daripada lebih rugi. Kami membuat poto di tempat tersebut sambil membawa gelas kertas isi teh: Suhu waktu itu 15,5 derajat. Kakiku terasa dingin banget. Teh anget membuat badan menjadi hangat. Kami kemudian melanjutkan perjalanan. Makin lama pemandangan mulai hilly: Sekitar jam 10, kami lihat mulai cloudy. Di pinggir jalan kami melihat tanda kalau sebentar lagi ada view point. Kami memutuskan untuk belok ke sana. Inilah tempat yang kami kunjungi (lihat gambar bawah): Di situ ada resto lagi, kalau mau nukerin kupon juga bisa. Tapi kami ngga tertarik masuk ke resto. Kami lebih tertarik untuk memotret pemandangan di sana. Setelah memarkir mobil, kami langsung berjalan menuju view point yang letaknya tidak jauh dari resto. Inilah gambar yang kami ambil: Di bawah jembatan tersebut adalah the Moselle. Sungai Mosel ini melalui Perancis, Luxemburg dan Jerman. Pemandangan lain di situ adalah ini: Berhubung sudah ada di sana, sekalian potret: Selain membuat potret jembatan, aku juga membuat berbagai potret di sekitar tempat tersebut. Misalnya resto yang waktu itu masih sepi karena belum jam makan siang: Di belakang resto ada sapi kuning. Aku yakin sapi ini bukan sapi potong ataupun sapi perah (gambar bawah): Areanya lumayan luas. Di situ ada tempat duduk dan bisa menikmati makan di sana. Kami tidak makan di situ karena masih terlalu pagi. Kami melihat ada pasangan yang sedang menikmati pagi: Area parkirnya juga ngga kecil: Setelah puas memandangi sungai Mosel, kami kemudian meneruskan perjalanan. Di kejauhan kami melihat kincir angin pembangkit listrik (klik pada gambar untuk melihat lebih jelas): Sekitar jam setengah sebelas, aku pengin ke toilet. he..he..he.. Maklum kakiku dingin. Akhirnya, kami belok ke tempat parkir yang ada toiletnya. Kebetulan gratis. he..he..he.. Inilah enaknya di Jerman, banyak tempat parkir yang ada toiletnya. Di Belanda aku kok ngga melihat tempat seperti ini, kecuali di pompa bensin. Itupun setahuku biasanya bayar. Lumayan bersih juga kok toiletnya. Sementara itu, Leo menunggu di mobil. Dia bener-bener parkir sedekat mungkin dengan toilet. he..he..he.. Tempat ini cukup besar. Mobil dan truk bisa parkir di sana. Ada pula tempat duduk kalau ingin piknik di tempat parkir. he..he..he.. Kami kemudian meneruskan perjalanan lagi. Sekitar pukul setengah dua belas, kami melihat ada tanda resto favorit kami. Sebelumnya belum jam makan siang, tapi kami belok ke sana. Kebetulan memang kami ngga sarapan sebelum berangkat, jadi ketika melihat logo resto ini di pinggir jalan, perut minta di sini. he..he..he.. Inilah resto fav kami: Seusai dengan namanya (Nordsee), kita bisa makan ikan di sana. Nama lokasi adalah: Bunga-bunga indah yang ada di sana (lihat gambar bawah): Parkir di sana cukup luas dan kebetulan pada waktu itu masih banyak yang kosong. Di sebelah kiri terlihat sebuah pompa bensin (lihat gambar). Dari tempat tersebut kita juga bisa melihat banyak kincir angin: Akhirnya kami masuk ke Nordsee: Ini bagian dalamnya: Di situ tidak saja ada Nordsee tapi juga AXXE restaurant. Yang aku tahu keduanya adalah fastfood restaurant. Nordsee adalah German fast-food restaurant chain yang berspesialisasi pada seafood. Kami kemudian memesan makanan dari Nordsee: ikan goreng! Leo makan pake kentang, sedangkan aku makan pake nasi! Maklum orang Indonesia, lebih mantep makan ikan pake nasi. he..he..he.. Menurut kami rasanya enak. Total damage pada waktu itu adalah 17,90 Euro. Klik pada gambar untuk melihat makanan yang kami pesan (lihat gambar bawah). Sebelum meneruskan perjalanan, aku ke toilet. Again? Yes...again....he..he..he.. Kayak kurang kerjaan, aku memotret wc di sana. hi..hi..hi.. Yang jelas sih bersih. Gimana ngga bersih, wong untuk masuk ke sana saja harus bayar kupon 70 cents. Setelah selesai digunakan, tempat duduk closet muter sendiri dan secara otomatis disapu oleh cairan higienis. Kotak warna biru berisi cairan higienis. Begini saja dipoto, padahal setahuku di Belanda juga ada. ha..ha..ha.. Norak.com. Sebetulnya di dalam gedung tersebut tidak saja terdapat Nordsee tapi juga ada Segafredo yang jualan kupi. Jadi kalau pengin ngupi, bisa beli di warung ini. Di situ ada juga shop yang jual souvenirs, es krim dan lain-lain. Kayak mini market gitu lho (lihat gambar bawah untuk melihat dengan lebih jelas): Kami kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Tapi sebelumnya, numpang potret dulu di sana. he..he..he.. Kami kemudian meneruskan perjalanan. Kami harus melewati jembatan Sungai Rhein. Sungai ini hulunya di Switzerland kemudian mengalir ke berbagai negara yaitu perbatasan Swiss-Austria, perbatasan Swiss-Liechtenstein, perbatasan Swiss-Jerman, perbatasan Perancis-Jerman, kemudian mengalir di Rhineland (sebuah daerah di Jerman) dan berakhir North Sea di Belanda. Jembatan Rhein yang kami lewati ini masih dalam renovasi tapi alhamdulillah tidak macet. Dua tahun sebelumnya kami pernah mengalami kemacetan yang luar biasa ketika melalui jembatan Sungai Rhein ini (Lihat di sini). Alhamdulillah kali ini kami ngga mengalami kemacetan. Dalam gambar di atas terlihat cuaca mulai cloudy. Ketika jam 1 siang turun hujan di tempat yang kami lalui. Untung hujan cuma sebentar. Jam 1:15, kami berhenti lagi karena Leo pengin meluruskan punggung. Kami parkir lagi di sebuah tempat. Dibandingkan dengan tempat-tempat parkir sebelumnya, tempat parkir yang ini lumayan penuh. Enaknya parkir di tempat-tempat seperti ini adalah gratis, tidak seperti parkir di dalam kota. Di sana juga ada resto lagi, tapi kami tidak berniat untuk makan karena masih kenyang. Di sebelah resto ada sebuah motel . Dalam gambar di atas terlihat banyak mobil parkir di sana kan. Untung kami masih kebagian tempat parkir: Di sana juga ada tempat parkir khusus untuk truk: Seperti sudah dituliskan di atas, di sana ada sebuah motel. Untuk orang yang melakukan perjalanan jauh bisa menginap di motel tersebut untuk mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan. Di sebelah motel, ada sebuah jalan dan di sebelah jalan tersebut, kami lihat ada sebuah gedung. Aku kurang tahu gedung apa, mungkin gereja karena kami melihat ada lonceng di halaman parkir. Mungkinkah lonceng letaknya berjauhan dengan gereja? Lihat gambar di bawah (klik pada gambar untuk melihat dengan lebih jelas). Cuacanya enak untuk melemaskan kaki atau duduk-duduk di bangku panjang sambil meluruskan punggung. Tempatnya bersih karena disediakan tempat sampah dan orang juga disiplin membuang sampah di tempatnya. Kami kemudian meneruskan perjalanan lagi setelah sekitar 15 menit beristirahat. Sekitar sejam kemudian kami sudah melihat pemandangan pegunungan. Langit terlihat berawan (lihat gambar bawah): Jam 14:30 kami tiba di Freidburg. Disini kami menemui kemacetan mulai dari bawah jembatan. Lumayan juga macet selama setengah jam. Mendung makin tebal. Macet di Freidburg: Ngga tahu kenapa, yang jelas pada waktu itu Freidburg macet: Untunglah sebelum memasuki tunnel, kemacetan sudah usai. Setelah itu mobil kami bisa bebas bergerak. Kami melalui jalan ini: Pemandangan yang kami lihat makin lama makin hijau. Maklum sudah masuk Black forest: Sekitar jam 3 sore turun hujan tapi kami tetap meneruskan perjalanan. Kami melewati Titisee, salah satu danau di Black Forest: Kami kemudian masuk ke jalan pedesaan yang kecil: Senang rasanya melihat pemandangan di sana: Pemandangan seperti ini membuat hati tenang damai: Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 10,5 jam, pada jam 4 sore tibalah kami di tempat tujuan: Haus Hilda Fectig. Alhamdulillah kami tiba dengan selamat.... Apakah kegiatan kami selanjutnya? Ikutilah kisah pada Part 2.
|
Categories
All
Archives
July 2017
AuthorSri Rusminingtyas menuliskan catatan perjalana ini sebagai kenangan dan proses pembelajaran untuk diriku. Semoga bermanfaat. |