Setelah selesai sarapan, kami berjalan menuju Piazza dei Miracoli (Square of Miracle). Seperti hari sebelumnya, kami melewati jalan ini (lihat gambar bawah). Di dalam gambar tersebut ada sebuah kios yang menjual koran dan majalah (aku menandai dengan anak panah). Ngga tahu kenapa, aku selalu suka melihat kios koran yang letaknya di pinggir-pinggir jalan di Eropah. he..he..he.. norak ya. Menurutku bentuknya menarik. Aku kadang berpikir, sampai kapan kios-kios tersebut masih bertahan menjual koran dan majalah mengingat banyak orang lebih menyukai membaca berita secara online.
Tidak jauh dari kios, kami melihat ada sebuah telpon umum. Menurutku ini pemandangan yang unik. Ternyata masih ada telpon umum di Pisa padahal di Jakarta saja sudah lenyap. he..he..he..
Aku iseng mengangkat gagang telpon dan ternyata masih ada bunyi dengung yang artinya masih bisa dipake. Mengagumkan, bukan? Kalau di Jakarta mungkin telpon seperti ini sudha ngga slamet. he..he..he..
Aku jadi mikir, siapa ya yang masih menggunakan telpon umum seperti ini mengingat pada umumnya orang memiliki hape. Selain di tempat ini, aku juga melihat telpon umum di stasiun.
Aku iseng mengangkat gagang telpon dan ternyata masih ada bunyi dengung yang artinya masih bisa dipake. Mengagumkan, bukan? Kalau di Jakarta mungkin telpon seperti ini sudha ngga slamet. he..he..he..
Aku jadi mikir, siapa ya yang masih menggunakan telpon umum seperti ini mengingat pada umumnya orang memiliki hape. Selain di tempat ini, aku juga melihat telpon umum di stasiun.
Dari tempat ini, kami meneruskan perjalanan. Tidak seperti hari sebelumnya, kali ini kami mengikuti saran google maps. Ketika melihat tanda lalu-lintas yang mengarahkan untuk berbelok ke kanan (lihat gambar bawah), kami berjalan terus sesuai petunjuk google maps. Menurut kami petunjuk ke kanan lebih efisien digunakan oleh pengendara mobil bukan oleh pejalan kaki karena jalannya memutar.
Kami meneruskan perjalanan sampai kemudian menemukan sebuah stadion:
Kami berjalan melewati stadion kemudian berbelok ke kanan. Di situ kami melihat sebuah tempat parkir. Biaya parkir di sana cuma 75 cents per jam (lihat gambar bawah). Kebetulan ada beberapa tempat parkir di sekitar tempat tersebut yang juga menyebutkan 75 cents per jam. Bila ingin mengetahui tarif parkir di Pisa, bisa klik link ini. Dalam link tersebut bahkan disebutkan, ada beberapa tempat parkir yang gratis dan letaknya tidak jauh dari Menara Pisa. Untuk ukuran Belanda tarif parkir 75 cents per jam bisa dikatakan sangat murah. Kata Leo kalau di Amsterdam, 75 cents cuma bisa dipake beberapa menit. he..he..he..
Aku iseng melihat tarif parkir di Amsterdam disini. Berdasarkan info dalam website tersebut, tarif parkir di daerah centrum di Amsterdam mencapai 5 Euro per jam. Itu saja belum tentu kita bisa mendapatkan tempat parkir karena tempatnya sangat terbatas. Di Amsterdam lebih efisien naik sepeda atau berjalan kaki daripada naik mobil.
Aku iseng melihat tarif parkir di Amsterdam disini. Berdasarkan info dalam website tersebut, tarif parkir di daerah centrum di Amsterdam mencapai 5 Euro per jam. Itu saja belum tentu kita bisa mendapatkan tempat parkir karena tempatnya sangat terbatas. Di Amsterdam lebih efisien naik sepeda atau berjalan kaki daripada naik mobil.
Dari tempat tersebut, kami berbelok ke kiri dan ternyata kami sudah tiba di dekat pertigaan. Kalau hari sebelumnya, dari lampu lalu-lintas kami berbelok ke kiri, maka kali ini kami berbelok ke kanan (lihat gambar bawah ini. Aku membuat anak panah ke kanan untuk menggambarkan arah yang kami lalui waktu itu).
Menurutku dengan berbelok ke kanan, perjalanan untuk memasuki gerbang Piazza dei Miracoli menjadi lebih jauh dan terus terang membosankan buatku. Di sebelah kiri kami cuma melihat tembok benteng yang mengelilingi alun-alun, sedangkan di sebelah kanan pemandangannya biasa saja, misalnya gedung pemerintah.
Namun demikian, setelah tiba di ujung, ternyata pemandangan sudah mulai menarik yaitu benteng dengan menaranya (lihat gambar bawah).
Namun demikian, setelah tiba di ujung, ternyata pemandangan sudah mulai menarik yaitu benteng dengan menaranya (lihat gambar bawah).
Tidak jauh dari tempat tersebut, kami berbelok ke kiri dan tiba di sebuah pelataran besar yang isinya berbagai tenda supenir dan warung-warung. Pokoknya cafe, lunch room dan restoran bertebaran di sana. Bahkan kami lihat ada juga Chinese restaurant. Sayang aku ngga mengambil gambarnya. Aku bisa membayangkan restoran ini akan banyak dikunjungi turis-turis dari China yang aku perkirakan jumlahnya meningkat tiap tahun. Mengapa aku menekankan turis dari China yang mengunjungi Chinese restaurant tersebut? Karena selama ini, aku ngga pernah lihat turis-turis tersebut makan pizza. he..he..he... Dugaanku mereka lebih suka makan nasi daripada makan makanan Eropah.
Di bawah ini adalah gambar tenda-tenda supenir yang aku potret di sana:
Di bawah ini adalah gambar tenda-tenda supenir yang aku potret di sana:
Setelah melalui berbagai tenda supenir dan warung, tibalah kami di pintu gerbang Piazza dei Miracoli. Gerbang tersebut letaknya di dekat McD yang kami kunjungi hari sebelumnya. Untuk mengingatkan pintu tersebut, aku pasang lagi gambarnya di sini:
Previous Next