Hari H (17 Juli 2017) akhirnya datang juga. Rasanya seneng tapi sayang aku terkena radang tenggorokan. Tenggorokan rasanya sakit dan gatal selama berhari-hari. Aku sudah mencoba untuk mengobatinya tapi tetap saja ngga mau sembuh. Leo tanya apakah lebih baik perjalanan dibatalkan. Aku bilang ngga usah karena aku pengin sekali pergi ke Paris bersama dia. Semoga makin membaik. Yang penting aku memakai syal.
Sesuai rencana dari rumah kami naik bus ke stasiun metro Capelsebrug dan dari sana sambung metro ke Beurs. Setelah itu ganti lagi metro ke stasiun Rotterdam Centraal. Kami berangkat dari rumah pukul 06:12 dan tiba di Rotterdam Centraal masih pagi bahkan belum jam 07:00, padahal kereta baru berangkat pukul 07:50. Tapi lebih baik kepagian daripada telat kan? Di bawah ini adalah lobby Rotterdam Centraal yang waktu itu masih sepi.
Sesuai rencana dari rumah kami naik bus ke stasiun metro Capelsebrug dan dari sana sambung metro ke Beurs. Setelah itu ganti lagi metro ke stasiun Rotterdam Centraal. Kami berangkat dari rumah pukul 06:12 dan tiba di Rotterdam Centraal masih pagi bahkan belum jam 07:00, padahal kereta baru berangkat pukul 07:50. Tapi lebih baik kepagian daripada telat kan? Di bawah ini adalah lobby Rotterdam Centraal yang waktu itu masih sepi.
Karena masih lama, aku sempat ke toilet dulu. Keluar dari toilet aku lihat Rotterdam Centraal sudah ramai. Sudah terlihat kesibukan dan orang bergegas pergi ke tempat kerja.
Walaupun memakai jaket dan syal, aku merasa kedinginan dan seperti biasa kalau dingin, perutku mules. Untuk mencegah makin mules, aku membeli segelas teh hangat dari sebuah kiosk di Rotterdam Centraal. Lumayanlah untuk mencegah diare dan menghangatkan leher.
Jam 07:20 kami naik ke lantai atas menuju peron. Suhu udara naik dan terasa hangat. Nampaknya Rotterdam hari ini akan sunny.
Tidak berapa lama, kereta datang. Penumpang naik dengan tertib dan tidak berapa lama kereta berangkat tepat waktu. Kebetulan kami memperoleh tempat duduk yang mengarah ke belakang, jadi kami berjalan mundur ke arah Paris. Aku bilang sama Leo, berdasarkan pengalamanku selama ini, kalau beli tiket murah memang kita dapatnya seat yang mundur. he..he..he.. Lha wong murah kok mintak enak. hi..hi..hi..
Selama di kereta aku merasa ngantuk sekali. Tenggorokan masih sakit, kepala juga berat karena masuk angin. Aku lihat ketika masuk Belgia, terlihat sangat foggy dan mendung. Ketika kereta memasuki Antwerpen, aku lihat gerimis mulai jatuh. Bahkan ketika memasuki Brussels hujan sudah mulai deras. Aku berharap Paris akan secerah Rotterdam.
Pukul 10:34 kereta kami sudah tiba di Gare du Nord atau Paris Nord padahal menurut jadwal kereta tiba di Paris pukul 10:47. Jadi kami tiba di tempat tujuan lebih awal dari jadwal. Walaupun aku masih mengantuk, aku berusaha untuk turun dari kereta. Stasiun ini besar dan ramai sekali. Yang membuatku tersenyum adalah aku lihat beberapa orang Asia (termasuk Indonesia) yang berusaha berpoto dengan kereta Thalys.
Kami kemudian turun ke lantai bawah tanah menuju stasiun metro. Kami lihat antrean loket cukup panjang, jadi kami memutuskan untuk membeli tiket metro dari mesin otomat yang jumlahnya cukup banyak.
Menurut informasi yang aku baca di internet, harga tiket 1,90 Euro per piece. Kalau beli 10 biji harganya 16 Euro. Kami memutuskan untuk membeli 20 biji, jadi masing-masing memiliki 10 biji. Ternyata mesin otomat cuma meminta kami untuk membayar 14,5 Euro per 10 biji atau 29 Euro untuk 20 biji. Lha kok lebih murah daripada info yang aku baca. Alhamdulillah.
Walaupun memakai jaket dan syal, aku merasa kedinginan dan seperti biasa kalau dingin, perutku mules. Untuk mencegah makin mules, aku membeli segelas teh hangat dari sebuah kiosk di Rotterdam Centraal. Lumayanlah untuk mencegah diare dan menghangatkan leher.
Jam 07:20 kami naik ke lantai atas menuju peron. Suhu udara naik dan terasa hangat. Nampaknya Rotterdam hari ini akan sunny.
Tidak berapa lama, kereta datang. Penumpang naik dengan tertib dan tidak berapa lama kereta berangkat tepat waktu. Kebetulan kami memperoleh tempat duduk yang mengarah ke belakang, jadi kami berjalan mundur ke arah Paris. Aku bilang sama Leo, berdasarkan pengalamanku selama ini, kalau beli tiket murah memang kita dapatnya seat yang mundur. he..he..he.. Lha wong murah kok mintak enak. hi..hi..hi..
Selama di kereta aku merasa ngantuk sekali. Tenggorokan masih sakit, kepala juga berat karena masuk angin. Aku lihat ketika masuk Belgia, terlihat sangat foggy dan mendung. Ketika kereta memasuki Antwerpen, aku lihat gerimis mulai jatuh. Bahkan ketika memasuki Brussels hujan sudah mulai deras. Aku berharap Paris akan secerah Rotterdam.
Pukul 10:34 kereta kami sudah tiba di Gare du Nord atau Paris Nord padahal menurut jadwal kereta tiba di Paris pukul 10:47. Jadi kami tiba di tempat tujuan lebih awal dari jadwal. Walaupun aku masih mengantuk, aku berusaha untuk turun dari kereta. Stasiun ini besar dan ramai sekali. Yang membuatku tersenyum adalah aku lihat beberapa orang Asia (termasuk Indonesia) yang berusaha berpoto dengan kereta Thalys.
Kami kemudian turun ke lantai bawah tanah menuju stasiun metro. Kami lihat antrean loket cukup panjang, jadi kami memutuskan untuk membeli tiket metro dari mesin otomat yang jumlahnya cukup banyak.
Menurut informasi yang aku baca di internet, harga tiket 1,90 Euro per piece. Kalau beli 10 biji harganya 16 Euro. Kami memutuskan untuk membeli 20 biji, jadi masing-masing memiliki 10 biji. Ternyata mesin otomat cuma meminta kami untuk membayar 14,5 Euro per 10 biji atau 29 Euro untuk 20 biji. Lha kok lebih murah daripada info yang aku baca. Alhamdulillah.
Begitu memperoleh tiket, kami langsung turun ke peron. Aku sangat suka dengan stasiun metro di Paris. Walaupun harus naik tangga naik turun, tapi sangat efisien. Sign nya sangat jelas. Jadi ngga bakalan kesasar. Kalau sampai kesasar, berarti harus belajar membaca peta metro dengan lebih baik. he..he..he..
Kami mengambil metro line 5 jurusan Bobigny/Pablo Picasso. Kami turun di stasiun Laumiere yang letaknya 3 halte dari Gare du Nord. Begitu naik ke atas, kami melihat sekitar kami untuk mengetahui letak hotel. Aku berusaha membuka google maps. Belum sampai google maps terbuka, seorang laki-laki yang sudah sepuh mendatangi kami dan bertanya dalam bahasa Perancis. Aku tidak bisa berbahasa Perancis sedangkan bahasa Perancis nya Leo juga kurang bagus. Tapi paling tidak kami tahu apa maksud kakek tersebut. Blio berusaha membantu kami menemukan alamat. Kami katakan kalau kami mencari Hotel Ibis. Langsung si opa memberi tahu arahnya. Yang aku ingat opa bilang "bleu" atau biru. Kami berterimakasih sekali dengan arahan si kakek. Merci, opa....
Kami berjalan menuju arah yang ditunjukkan blio dan cuma beberapa menit kemudian kami sudah tiba di Hotel Ibis. Seneng rasanya karena ternyata memang dekat dengan stasiun metro. Papan nama Ibis Budget yang berwarna biru sangat jelas terlihat. Kami kemudian memasuki hotel menuju resepsionis.
Receptionist nya ramah. Dia cuma memintaku untuk memperlihatkan pasporku (karena aku yang book maka yang dilihat pasporku, bukan paspornya Leo). Dia bahkan tidak minta bukti nomer reservasi. Begitu tahu namaku, langsung dia memberiku selembar kertas sebagai bukti tanda lunas. Kertas tersebut juga memuat rincian tarif per hari dan city tax yang sudah aku bayar sebelumnya. Selain kertas tanda lunas, kami juga memperoleh sebuah kartu untuk membuka pintu kamar. Tidak sampai semenit, semuanya beres. Walaupun belum jam 12:00, kami sudah bisa check ini. Kami kemudian naik lift ke menuju kamar kami yang letaknya di lantai 7. Seperti banyak hotel di Eropah, pada umumnya mereka tidak menyediakan porter untuk membawa bawaan kami. Terlalu mahal buat hotel untuk membayar seorang porter. Apalagi budget hotel. he..he..he.. Mungkin kalau hotelnya mewah, baru ada porter.
Pada pintu kamar aku melihat gambar ini (lihat gambar bawah). Padahal di kamar-kamar lain tidak ada gambar tersebut. Mungkin artinya: "Aku tidur nyenyak" tapi aku malah tertawa karena yang aku bayangkan adalah ngoroknya Leo yang kayak bunyi glondongan kayu yang sedang digergaji. ha..ha..ha..
Kami mengambil metro line 5 jurusan Bobigny/Pablo Picasso. Kami turun di stasiun Laumiere yang letaknya 3 halte dari Gare du Nord. Begitu naik ke atas, kami melihat sekitar kami untuk mengetahui letak hotel. Aku berusaha membuka google maps. Belum sampai google maps terbuka, seorang laki-laki yang sudah sepuh mendatangi kami dan bertanya dalam bahasa Perancis. Aku tidak bisa berbahasa Perancis sedangkan bahasa Perancis nya Leo juga kurang bagus. Tapi paling tidak kami tahu apa maksud kakek tersebut. Blio berusaha membantu kami menemukan alamat. Kami katakan kalau kami mencari Hotel Ibis. Langsung si opa memberi tahu arahnya. Yang aku ingat opa bilang "bleu" atau biru. Kami berterimakasih sekali dengan arahan si kakek. Merci, opa....
Kami berjalan menuju arah yang ditunjukkan blio dan cuma beberapa menit kemudian kami sudah tiba di Hotel Ibis. Seneng rasanya karena ternyata memang dekat dengan stasiun metro. Papan nama Ibis Budget yang berwarna biru sangat jelas terlihat. Kami kemudian memasuki hotel menuju resepsionis.
Receptionist nya ramah. Dia cuma memintaku untuk memperlihatkan pasporku (karena aku yang book maka yang dilihat pasporku, bukan paspornya Leo). Dia bahkan tidak minta bukti nomer reservasi. Begitu tahu namaku, langsung dia memberiku selembar kertas sebagai bukti tanda lunas. Kertas tersebut juga memuat rincian tarif per hari dan city tax yang sudah aku bayar sebelumnya. Selain kertas tanda lunas, kami juga memperoleh sebuah kartu untuk membuka pintu kamar. Tidak sampai semenit, semuanya beres. Walaupun belum jam 12:00, kami sudah bisa check ini. Kami kemudian naik lift ke menuju kamar kami yang letaknya di lantai 7. Seperti banyak hotel di Eropah, pada umumnya mereka tidak menyediakan porter untuk membawa bawaan kami. Terlalu mahal buat hotel untuk membayar seorang porter. Apalagi budget hotel. he..he..he.. Mungkin kalau hotelnya mewah, baru ada porter.
Pada pintu kamar aku melihat gambar ini (lihat gambar bawah). Padahal di kamar-kamar lain tidak ada gambar tersebut. Mungkin artinya: "Aku tidur nyenyak" tapi aku malah tertawa karena yang aku bayangkan adalah ngoroknya Leo yang kayak bunyi glondongan kayu yang sedang digergaji. ha..ha..ha..
Ketika masuk, kami lihat kamar ini walaupun sederhana tapi bersih dan nyaman. Karena budget hotel, maka jangan berharap macem-macem ya. Tidak tersedia lemari, tidak tersedia kulkas dan tidak ada telepon di dalam kamar. Yang terakhir ngga masalah karena biasanya tamu hotel memiliki hape.
Aku mencoba memotret kamar yang kami tempati:
Aku mencoba memotret kamar yang kami tempati:
Di sebelah tempat tidur ada sebuah shower room (atau mungkin lebih tepatnya disebut shower cabin). Di depan shower cabin ada sebuah wastafel. Biasanya kan kamar mandi isinya shower cabin, toilet dan wastafel. Ketiganya biasanya terletak di satu ruangan. Di kamar ini, letak ketiganya tidak di dalam 1 ruangan khusus. Toilet dan shower room letaknya terpisah, masing-masing punya pintu sendiri. Kalau mau ke wastafel tidak perlu masuk kamar mandi dulu karena letaknya di luar di dekat tempat tidur. he..he..he.. Memang dengan penataan seperti ini, kamar terlihat lebih luas.
Seperti juga budget hotel lainnya, hotel hanya menyediakan sebuah tube yang berisi shower gel yang mungkin bisa juga digunakan sebagai shampoo. Tube ini digantung di sebelah pancuran. Praktis. he..he..he..
Selain potret di atas, aku juga membuat potret lainnya:
Seperti juga budget hotel lainnya, hotel hanya menyediakan sebuah tube yang berisi shower gel yang mungkin bisa juga digunakan sebagai shampoo. Tube ini digantung di sebelah pancuran. Praktis. he..he..he..
Selain potret di atas, aku juga membuat potret lainnya:
Keterangan gambar di atas adalah: (1) shower cabin yang (tentu saja) ngga ada kuncinya. Di sebelahnya adalah wastafel. (2) Di dekat wastafel ada toilet. Pintu toilet tidak ada kuncinya. Bahkan di baliknya tidak ada handle nya (lihat gambar 3). Saking budgetnya sampai-sampai pintu toilet ngga punya kunci. he..he..he.. (4) tidak ada lemari, hanya tersedia gantungan baju. Tapi ini juga sudah lumrah di hotel-hotel lain. Untungnya tempat tidur lumayan tinggi, jadi kami bisa menyimpan koper di bawah tempat tidur. (5) wastafel.
Secara keseluruhan, kami puas dengan kamar kami karena fasilitas basic sudah disediakan. Yang penting bersih dan lingkungan sekitar terlihat aman. Kurang apalagi coba?
Hotel ini tidak menyediakan restoran 24 jam. Mereka cuma menyediakan breakfast, itupun tidak untuk semua tamu. Kami termasuk yang tidak mengambil pelayanan ini, wong bayar murah. he..he..he.. Kalau mau ambil bisa, bayar 6 euro per orang. Kebetulan Leo tidak pernah sarapan sedangkan aku lebih sering brunch. Jadi percumah kan ngambil breakfast.
Setelah beristirahat, kami turun ke bawah untuk melakukan survey lokasi. Yang kami sukai dari hotel ini adalah di bagian bawah ada dua supermarket yang mengapit hotel. Jadi jangan khawatir kalau membutuhkan buah-buahan, yogurt, air dan lain-lain, kita bisa langsung ke supermarket.
Di bawah ini adalah gambar kedua supermarket tersebut:
Secara keseluruhan, kami puas dengan kamar kami karena fasilitas basic sudah disediakan. Yang penting bersih dan lingkungan sekitar terlihat aman. Kurang apalagi coba?
Hotel ini tidak menyediakan restoran 24 jam. Mereka cuma menyediakan breakfast, itupun tidak untuk semua tamu. Kami termasuk yang tidak mengambil pelayanan ini, wong bayar murah. he..he..he.. Kalau mau ambil bisa, bayar 6 euro per orang. Kebetulan Leo tidak pernah sarapan sedangkan aku lebih sering brunch. Jadi percumah kan ngambil breakfast.
Setelah beristirahat, kami turun ke bawah untuk melakukan survey lokasi. Yang kami sukai dari hotel ini adalah di bagian bawah ada dua supermarket yang mengapit hotel. Jadi jangan khawatir kalau membutuhkan buah-buahan, yogurt, air dan lain-lain, kita bisa langsung ke supermarket.
Di bawah ini adalah gambar kedua supermarket tersebut:
Kami meneruskan perjalanan. Kami lihat tidak hanya supermarket di sekitar daerah tersebut tetapi juga restaurants, cafes dan tentunya juga pastry shops. Paris tanpa toko pastry rasanya kurang afdol. he..he..he.. Setelah berjalan beberapa lama, tibalah kami pada sebuah sungai. Ini adalah sungai yang aku maksud:
Dari tempat tersebut kami meneruskan perjalanan. Ketika melihat toko roti, kami mampir untuk membeli sandwich.
Kami membeli sandwich di sana karena lapar. Maklum sudah siang dan dari pagi belum terisi. Kami ambil cheese sandwich. Harganya 7 Euro dapat 2 biji. Sandwich nya guede, sampai malam masih kenyang, jadi malam hari kami tidak perlu makan lagi.
Kami meneruskan perjalanan lagi. Tibalah kami di stasiun metro Laumiere yang letaknya tidak jauh dari hotel Ibis tempat kami menginap. Stasiun ini berseberangan dengan stasiun metro Laumiere yang kami injak ketika kami tiba dari arah Gare du Nord.
Di seberang stasiun ada sebuah apotheek. Jadi kalau sakit kepala gampang untuk membeli paracetamol, asal jangan nyari Tolak Angin di sana. he..he..he.. Bangunan di sekitar tempat tersebut juga menarik dan klasik. Melihat bangunan ini aku bener-bener merasa aku di Paris.
Dalam perjalanan pulang ke hotel, kami melihat ada sebuah pastry shop lagi yang penuh dengan pelanggan. Aku tergoda untuk membeli sebuah eclair coklat. Harga 2,1 Euro tapi gede. Kami makan eclair ini di hotel. Uenak. he..he..he.. France knows about good pastry!
Sebelum tiba di hotel, kami sempat mampir ke salah satu supermarket di dekat hotel. Kami membeli air dan lemonade. Kami tidak membeli buah karena harga buah lumayan mahal di sana. Mungkin kami terbiasa membeli buah di pasar Rotterdam Blaak, jadi otakku selalu membandingkan dengan harga pasar. he..he..he.. Jadi misalnya harga melon kecil 1,6 Euro di supermarket tersebut, padahal hari Selasa sebelumnya, kami membeli melon di pasar Blaak 4 biji cuma 1 Euro.
Itu perjalanan hari pertama kami di Paris. Malam hari kami tidak membuang waktu untuk keluar karena kami ingin beristirahat supaya bisa menikmati hari selanjutnya.
<<<Previous
Itu perjalanan hari pertama kami di Paris. Malam hari kami tidak membuang waktu untuk keluar karena kami ingin beristirahat supaya bisa menikmati hari selanjutnya.
<<<Previous