"Lunga maning.....lunga maning" (pergi lagi pergi lagi). Itu adalah komentar dari beberapa teman ketika aku posting poto atau tulisan perjalananku di fesbuk. Sampai-sampai ada yang komentar: "Pergi mulu...kapan di rumahnya?" he..he..he..
Apakah aku memang sering "lunga maning-lunga maning?" Mungkin terlihat seperti itu karena dalam 1 perjalanan, aku membuat catatan perjalanan tidak saja dalam 1 tulisan akan tetapi dalam beberapa tulisan. Misalnya untuk trip ke Alpen Austria yang cuma 7 hari, aku tuliskan dalam 15 artikel. Bahkan untuk perjalanan ke Prague yang cuma 5 hari 4 malam, aku sudah menulis sampai 15 artikel (yang sebagian besar masih berupa draft) dan itupun masih belum selesai. Jadi kayaknya aja aku sering banget ngluyur padahal sebetulnya dalam 1 satu perjalanan aku menuliskannya sampai berseri-seri. he..he..he..
Kalau ditanya mengapa aku sering melakukan trip, jawabannya adalah karena aku memang suka nglayap...eh jalan-jalan. he..he..he.. Mungkin it runs in the family. Bagiku, trip tidak harus selalu mahal tapi yang penting aku bisa menikmati. Dengan melakukan perjalanan, aku tidak saja menikmati pemandangan cantik, pengalaman unik, tetapi aku juga bisa belajar banyak. Ketika pulang dan tiba di rumah lagi aku betul-betul merasakan nuansa "home sweet home" setelah beberapa lama kami meninggalkan rumah.
Mengapa aku suka "lunga maning-lunga maning" terutama akhir-akhir ini? Paling tidak ada dua alasan utama:
1. Umur tidak berbohong.
Umur memang tidak berbohong. Aku sangat merasakan sekali perbedaan ketika masih berusia 30-an dan sekarang setelah lebih dari setengah abad. Dulu rasanya jauh lebih gampang untuk berjalan menapaki tangga. Sekarang nafas sudah ngos-ngosan kalau harus naik ke puncak Candi Borobudur. Lutut berasa nyeri kalau turun ke bawah. Itulah mengapa aku berusaha secara reguler ke sport centre untuk melatih anggota tubuh dan menyegarkan otak. Kalau tubuh dan jiwa kita sehat, kan bisa lunga maning ya? he..he..he..
Selain melihat diri sendiri, aku juga berkaca kepada ibu dan ibu mertua. Pada waktu muda mereka sangat mandiri dan secara fisik mereka bisa melakukan perjalanan jauh dengan mudah. Naik sepeda berkilo-kilo meter, berjalan kaki, berlari, gonta-ganti angkot tidak menjadi masalah buat mereka. Namun sekarang, ketika usia mereka sudah 80-an, mereka sangat tergantung kepada keluarga. Ibuku tidak bisa bepergian tanpa ditemani oleh keluarga atau asisten rumah tangga. Sedangkan ibu mertua bahkan harus menggunakan kursi roda karena tidak mungkin berjalan lagi setelah patah tulang dan menjalani operasi.
Melihat keaadaan tersebut, aku berpikir untuk sebanyak mungkin melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang ingin aku kunjungi selama ada kesempatan dan kemampuan. Aku tidak tahu masa depanku seperti apa, mungkin tidak seburuk ibu dan ibu mertua, mungkin aku masih bisa ikutan tour dengan group manula menjelahi Eropah dengan bis. Yang jelas pada masa tuaku nanti, aku ingin mengenang masa mudaku yang bagiku mengagumkan.
2. Mengurangi pembayaran pajak.
Kami melakukan trip karena ingin mengurangi pembayaran pajak. Alasan ini mungkin aneh tapi bagi kami yang tinggal di Belanda, alasan ini cukup masuk akal. Pajak di sini sangat tinggi, hampir separo penghasilan tiba-tiba menguap ditelan pajak. Bahkan makin tinggi penghasilan, presentase pajaknya makin besar. Ini belum termasuk pajak mobil (kalau punya mobil), pajak rumah (kalau punya rumah), pajak pembelian (kalau kita membeli barang di supermarket, toko) dan lain-lain
Pajak tidak saja dikenakan ketika kita menerima penghasilan tapi juga dikenakan pada uang yang kita simpan baik di bank maupun di rumah. Jadi misalnya kalau kita punya tabungan, maka tiap tahun kita harus menyetor ke kantor pajak sebanyak 1,2 persen dari JUMLAH TOTAL dari uang yang kita simpan. Pajak tidak saja dikenakan pada bunga tetapi juga pada uang utama. Celakanya adalah bunga bank pada saat ini sangat rendah, bisa cuma 1 persen (atau malah kadang cuma 0,8 persen), yang artinya tiap tahun uang yang kita simpan di bank bukannya bertambah tapi malah berkurang.
Celakanya lagi adalah "uang cair" biasanya kita simpan di giro, bukan di spaarrekening (saving account). Menyimpan uang di girorekening tidak memperoleh bunga, tapi aku biasanya menyimpan uangku yang ngga seberapa jumlahnya itu di girorekening sehingga aku bisa membayar pembelian di supermarket atau toko dengan betaalpass (kartu debit). Tiap akhir tahun, kami juga harus membayar pajak sebesar 1,2 persen dari uang yang tertera di girorekening. Sudah ngga ada bunganya, masih harus bayar pajak 1,2 persen.
Kalau pengin memperoleh bunga cukup "tinggi", maka simpanlah di deposito. Tapi jangan lupa, deposito dengan bunga "tinggi" pada umumnya memiliki jatuh tempo yang cukup lama. Pada saat ini ada sebuah bank yang berani memberikan bunga "tinggi" sebesar 2,60 persen per tahun tapi dengan jatuh tempo 10 tahun. Lha kalau punya uang "sisa" ngga papa didepositoin, tapi kalau uangnya cupet dan butuh mendadak, kan ngga bisa dengan gampang mencairkan deposito. Paling tidak kita akan kena denda.
Melihat situasi ekonomi saat ini kami makin termotivasi untuk melakukan trips. Lha gimana, nyimpen duit malah makin berkurang, bukannya nambah. Ya mending dipake sekalian. Dengan mengeluarkan uang, kami kan membantu memperbaiki ekonomi. Alasan.com. he..he..he.. Lha kalau tiap orang nyimpen duit, kan ekonomi tidak bisa berputar. Alasan lagi....hi..hi..hi..
Dua alasan di atas (umur dan pajak) bisa memberikan sedikit gambaran mengapa kami eager untuk melakukan journey. Apakah kami banyak uang sehingga kami bisa melakukan trips? Jawabannya tidak. Trips bisa dilakukan dengan budget yang minim. Kalau mau gratis juga bisa, tinggal keluarkan sepeda dari gudang dan ngepit di dari satu desa ke desa tetangga. he..he..he.. Pada Part 2, aku akan menuliskan bagaimana kami melakukan perjalanan dengan biaya minimalis.
Note: gambar yang aku pasang di atas diambil di kanocentrum Loetbos ketika kami pit-pittan di sana.
Apakah aku memang sering "lunga maning-lunga maning?" Mungkin terlihat seperti itu karena dalam 1 perjalanan, aku membuat catatan perjalanan tidak saja dalam 1 tulisan akan tetapi dalam beberapa tulisan. Misalnya untuk trip ke Alpen Austria yang cuma 7 hari, aku tuliskan dalam 15 artikel. Bahkan untuk perjalanan ke Prague yang cuma 5 hari 4 malam, aku sudah menulis sampai 15 artikel (yang sebagian besar masih berupa draft) dan itupun masih belum selesai. Jadi kayaknya aja aku sering banget ngluyur padahal sebetulnya dalam 1 satu perjalanan aku menuliskannya sampai berseri-seri. he..he..he..
Kalau ditanya mengapa aku sering melakukan trip, jawabannya adalah karena aku memang suka nglayap...eh jalan-jalan. he..he..he.. Mungkin it runs in the family. Bagiku, trip tidak harus selalu mahal tapi yang penting aku bisa menikmati. Dengan melakukan perjalanan, aku tidak saja menikmati pemandangan cantik, pengalaman unik, tetapi aku juga bisa belajar banyak. Ketika pulang dan tiba di rumah lagi aku betul-betul merasakan nuansa "home sweet home" setelah beberapa lama kami meninggalkan rumah.
Mengapa aku suka "lunga maning-lunga maning" terutama akhir-akhir ini? Paling tidak ada dua alasan utama:
1. Umur tidak berbohong.
Umur memang tidak berbohong. Aku sangat merasakan sekali perbedaan ketika masih berusia 30-an dan sekarang setelah lebih dari setengah abad. Dulu rasanya jauh lebih gampang untuk berjalan menapaki tangga. Sekarang nafas sudah ngos-ngosan kalau harus naik ke puncak Candi Borobudur. Lutut berasa nyeri kalau turun ke bawah. Itulah mengapa aku berusaha secara reguler ke sport centre untuk melatih anggota tubuh dan menyegarkan otak. Kalau tubuh dan jiwa kita sehat, kan bisa lunga maning ya? he..he..he..
Selain melihat diri sendiri, aku juga berkaca kepada ibu dan ibu mertua. Pada waktu muda mereka sangat mandiri dan secara fisik mereka bisa melakukan perjalanan jauh dengan mudah. Naik sepeda berkilo-kilo meter, berjalan kaki, berlari, gonta-ganti angkot tidak menjadi masalah buat mereka. Namun sekarang, ketika usia mereka sudah 80-an, mereka sangat tergantung kepada keluarga. Ibuku tidak bisa bepergian tanpa ditemani oleh keluarga atau asisten rumah tangga. Sedangkan ibu mertua bahkan harus menggunakan kursi roda karena tidak mungkin berjalan lagi setelah patah tulang dan menjalani operasi.
Melihat keaadaan tersebut, aku berpikir untuk sebanyak mungkin melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang ingin aku kunjungi selama ada kesempatan dan kemampuan. Aku tidak tahu masa depanku seperti apa, mungkin tidak seburuk ibu dan ibu mertua, mungkin aku masih bisa ikutan tour dengan group manula menjelahi Eropah dengan bis. Yang jelas pada masa tuaku nanti, aku ingin mengenang masa mudaku yang bagiku mengagumkan.
2. Mengurangi pembayaran pajak.
Kami melakukan trip karena ingin mengurangi pembayaran pajak. Alasan ini mungkin aneh tapi bagi kami yang tinggal di Belanda, alasan ini cukup masuk akal. Pajak di sini sangat tinggi, hampir separo penghasilan tiba-tiba menguap ditelan pajak. Bahkan makin tinggi penghasilan, presentase pajaknya makin besar. Ini belum termasuk pajak mobil (kalau punya mobil), pajak rumah (kalau punya rumah), pajak pembelian (kalau kita membeli barang di supermarket, toko) dan lain-lain
Pajak tidak saja dikenakan ketika kita menerima penghasilan tapi juga dikenakan pada uang yang kita simpan baik di bank maupun di rumah. Jadi misalnya kalau kita punya tabungan, maka tiap tahun kita harus menyetor ke kantor pajak sebanyak 1,2 persen dari JUMLAH TOTAL dari uang yang kita simpan. Pajak tidak saja dikenakan pada bunga tetapi juga pada uang utama. Celakanya adalah bunga bank pada saat ini sangat rendah, bisa cuma 1 persen (atau malah kadang cuma 0,8 persen), yang artinya tiap tahun uang yang kita simpan di bank bukannya bertambah tapi malah berkurang.
Celakanya lagi adalah "uang cair" biasanya kita simpan di giro, bukan di spaarrekening (saving account). Menyimpan uang di girorekening tidak memperoleh bunga, tapi aku biasanya menyimpan uangku yang ngga seberapa jumlahnya itu di girorekening sehingga aku bisa membayar pembelian di supermarket atau toko dengan betaalpass (kartu debit). Tiap akhir tahun, kami juga harus membayar pajak sebesar 1,2 persen dari uang yang tertera di girorekening. Sudah ngga ada bunganya, masih harus bayar pajak 1,2 persen.
Kalau pengin memperoleh bunga cukup "tinggi", maka simpanlah di deposito. Tapi jangan lupa, deposito dengan bunga "tinggi" pada umumnya memiliki jatuh tempo yang cukup lama. Pada saat ini ada sebuah bank yang berani memberikan bunga "tinggi" sebesar 2,60 persen per tahun tapi dengan jatuh tempo 10 tahun. Lha kalau punya uang "sisa" ngga papa didepositoin, tapi kalau uangnya cupet dan butuh mendadak, kan ngga bisa dengan gampang mencairkan deposito. Paling tidak kita akan kena denda.
Melihat situasi ekonomi saat ini kami makin termotivasi untuk melakukan trips. Lha gimana, nyimpen duit malah makin berkurang, bukannya nambah. Ya mending dipake sekalian. Dengan mengeluarkan uang, kami kan membantu memperbaiki ekonomi. Alasan.com. he..he..he.. Lha kalau tiap orang nyimpen duit, kan ekonomi tidak bisa berputar. Alasan lagi....hi..hi..hi..
Dua alasan di atas (umur dan pajak) bisa memberikan sedikit gambaran mengapa kami eager untuk melakukan journey. Apakah kami banyak uang sehingga kami bisa melakukan trips? Jawabannya tidak. Trips bisa dilakukan dengan budget yang minim. Kalau mau gratis juga bisa, tinggal keluarkan sepeda dari gudang dan ngepit di dari satu desa ke desa tetangga. he..he..he.. Pada Part 2, aku akan menuliskan bagaimana kami melakukan perjalanan dengan biaya minimalis.
Note: gambar yang aku pasang di atas diambil di kanocentrum Loetbos ketika kami pit-pittan di sana.